Terletak
di sebuah kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan bangunan Lawang Sewu, danau yang bernama Rawa Pening ini menawarkan tidak hanya
keindahan alam tetapi juga cerita misterius yang menyelubunginya. Rawa Pening
sendiri adalah danau yang memiliki luas lebih dari 2500 hektar yang membentang
dari kecamatan Ambarawa, Bawen Tuntang dan Banyubiru. Nama pening sendiri bukan berarti “sakit kepala” tapi kata ini dalam
Bahasa Jawa memiliki arti yang sama dengan bening
(jernih).
Rawa Pening via http://3.bp.blogspot.com |
KEGEMARANNYA "MEMINTA NYAWA"
Rawa
Pening yang merupakan tempat destinasi favorit bagi mereka yang gemar memancing
terkenal dengan kegemarannya untuk “meminta nyawa”. Terbilang puluhan nyawa telah termakan oleh “penunggu”
Rawa Pening karena kasus perahu yang terbalik dan menyebabkan mereka yang di
atasnya tewas tenggelam.
Kisah aneh
pernah diceritakan oleh seorang pemuda yang sempat menghilang selama tiga hari.
Tuturnya, sore saat ia menghilang ia sempat ditawari seseorang untuk naik mobil
bak terbuka yang tiba-tiba saja muncul di sekitaran Rawa Pening. Berpikir
daripada lelah berjalan kaki, pemuda tersebut pun setuju. Anehnya, saat ia telah
naik ke atas mobil, mobil tersebut bukannya melewati jalan yang menuju ke rumahnya
tetapi ia menuju sebuah tempat yang ia belum pernah kunjungi sebelumnya. Pemuda
tersebut pun bertutur bahwa ia dibawa ke sebuah rumah dan bertemu dengan “majikan”
supir bak terbuka tersebut yang kemudian oleh pemuda tersebut percayai sebagai
Ki Baru Kelinting.
Kisah
misterius lainya terja pada April 2015. Pada hari itu, sebuah kecelakaan perahu
terbalik terjadi di Rawa Pening. Perahu yang berisi tiga orang itu terbalik
secara tiba-tiba ketika berada di tengah Rawa Pening. Dua orang selamat
sedangkan seorang diantaranya dinyatakan hilang sampai beberapa hari kemudian
mayatnya ditemukan mengapung di Rawa Pening. Warga sekitaran Rawa Pening
percaya bahwa pemuda tersebut telah diangkat sebagai anak oleh Ki Baru
Kelinting.
Lantas,
siapakah sebenarnya Ki Baru Kelinting? Dan apakah hubungannya dengan Rawa
Pening?
LEGENDA RAWA PENING
LEGENDA RAWA PENING
Layaknya
banyak tempat-tempat di Jawa, Rawa Pening pun tak luput dari legenda yang
melatarbelakangi kemunculannya. Menurut legenda, dipercaya bahwa Rawa Pening
tidak muncul begitu saja. Kemunculannya berkaitan erat dengan Baru Kelinting.
Baru
Kelinting sendiri adalah sesosok ular yang dilahirkan dari seorang wanita di
desa Ngasem yang bernama Endang Sawitri. Dipercaya bahwa Baru Kelinting adalah
hasil cinta Endang Sawitri dengan seorang raja. Sayangnya, Endang Sawitri tidak
tinggal bersama sang raja karena raja tak mau seisi istana tahu bahwa salah
satu selirnya melahirkan ular. Dan saat beranjak dewasa, Baru Kelinting pun
menayakan siapa sebenarnya ayahnya.
Patung Baru Kelinting via http://2.bp.blogspot.com |
Merasa
bahwa sudah waktunya bagi Baru Kelinting untuk mengetahui ayahnya, Endang
Sawitri pun memerintahkannya untuk menemui sesosok pertapa tua di gua yang
terletak di lereng Gunung Telomaya dan menanyakan siapakah ayahnya. Dan
pergilah Baru Kelinting sesuai titah ibundanya.
Sesampainya
di gua, Baru Kelinting pun bertemu dengan seorang pertapa yang bernama Ki Hajar
Salokantara. Setelah mendengar Baru Kelinting memperkenal diri dan menyebutkan
nama ibunya, Ki Hajar Salokantara pun merasa bahwa sosok ular tersebut adalah
anaknya. Tapi untuk meyakinkan dirinya, ia pun menyuruh Baru Kelinting untuk
melingkari dan bertapa di Gunung Kelengkreng dan Baru Kelinting pun
menyanggupinya dan sejarah ajaib sosok ular tersebut membesar dengan sendirinya.
Setelahnya, Ki Hajar Salokantara pun yakin bahwa sosok ular besar tersebut
adalah anaknya.
Suatu
hari, penduduk Desa Malwapati mengadakan acara Syukur Bumi dan mereka berbondong-bondong
memasuki hutan di lereng Gunung Kelengkreng untuk mencari hewan buruan. Nahas,
sampai sore hari mereka tidak menemukan apa-apa, sampai pada ahirnya seorang
diantara mereka menyadari akan adanya tubuh ular besar di sepanjang hutan.
Daripada tidak ada yang dipanggang, warga pun berinisiatif untuk memotong
beberapa daging ular yang sangat besar tersebut dan pulang setelah merasa
cukup. Anehnya, meskipun dipotong dengan parang, ular tersebut tetap bergeming.
Terang saja, ular itu adalah Baru Kelinting yang sedang bertapa.
Malam
harinya, Baru Kelinting terjaga dari pertapaannya dan ketika ia membuka mata ia
telah berubah menjadi sesosok anak lelaki belia. Anehnya, Baru Kelinting merasa
kelaparan dan ia juga menemukan beberapa goresan luka di kakinya. Saat merasa
kelaparan, Baru Kelinting mencium aroma daging panggang dari desa tak jauh dari
hutan. Desa itu adalah Desa Malwapati yang sedang mengadakan pesta besar.
Baru
kelinting pun mendatangi desa tersebut untuk meminta makanan. Sayangnya
penduduk desa yang melihat Baru Kelinting langsung mengusirnya karena Baru
Kelinting yang mengeluarkan aroma amis dan juga karena kakinya yang penuh luka. Baru kelinting pun
berjalan menjauh dari kerumunan pesta sampai ahirnya ia menemukan sebuah rumah
di pinggir desa yang dihuni oleh janda tua bernama Nyi Lebah. Oleh Nyi
Lebahlah, Baru Kelinting diperlakukan dengan layak dan ia membantu membersihkan
luka di kaki Baru Kelinting.
Keesokan
harinya, Baru Kelintingpun berniat untuk pergi ke kerumunan pesta karena ia
tahu pesta belum usai. Sayangnya, perlakuan yang sama ia dapatkan seperti malam
sebelumnya. Meskipun kakinya sudah tidak penuh dengan darah, tapi Baru
kelinting tetap mengeluarkan aroma amis sehingga warga merasa jijik. Dengan amarah
yang membuncah di dadanya, ia pun pergi ke rumah Nyi Lebah untuk mengatakan bahwa
Nyi Lebah harus bersembunyi di balik lesung besar di rumahnya. Walau merasa
kebingungan, Nyi Lebah tetap melakukan apa yang Baru Kelinting perintahkan.
Setelah
meyakinkan dirinya bahwa Nyi Lebah telah sembunyi di bawah lesung, Baru
kelinting pun kembali ke kerumunan pesta dengan sebatang lidi di tangannya. Ia
pun berjalan di tengah kerumunan dan menancapkan lidi di tanah. Dengan lantang
ia menantang warga untuk mencabutnya.
Warga yang
melihat tingkah Baru Kelinting pun tertawa terbahak-bahak menganggap Baru
Kelinting gila. Seorang warga dengan terkekeh mendekati batang lidi yang
tertancap untuk mencabut, tapi anehnya ia tak mampu melakukannya walau sudah
berusaha dengan sekuat tenaga. Satu persatu warga pun mencoba, dan berahir
dengan kegagalan. Baru Kelinting pun kemudian berteriak lantang dan mencabut
lidi tersebut dan dengan satu kali tarikan ia berhasil melakukannya. Setelahnya
ia dengan ajaib menghilang dari pandangan.
Warga yang
masuk terperangah dengan apa yang baru mereka saksikan, tidak menyadari bahwa
bekas cabutan lidi tersebut mengeluarkan air. Mereka baru sadar setelah air
tersebut mengalir semakin besar dan deras. Warga yang panik berusaha
menyelamatkan diri. Tetapi sayang, mereka semua tewas tenggelam bersama dengan
rumah-rumah mereka. Kecuali Nyi Lebah yang secara ajaib selamat dari bencana
tersebut karena bersembunyi di bawah lesung. Dan genangan air tersebut kini
dikenal sebagai Rawa Pening, dan dipercaya bahwa Baru Kelinting tetap menjaga
Rawa Pening dan sesekali menampakan sosoknya sebagai ular kepada warga sekitar.
wah serem juga yah
BalasHapusNgeri juga ya setelah bacanya, ini beneran ya.?
BalasHapuswahh serem nihh
BalasHapusSerem ah konten nya wkwk 👍👍
BalasHapushm.. Boleh percaya ama kekuatan yang di luar nalar gan, tapi tetap takutnya ama yang nyiptain.
BalasHapus